Selasa, 30 Agustus 2011

Cabai

Cabai
Cabai merah
Cabai merah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" kesepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Manfaat

Cabai merah Besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. [1]. Sun et al. (2007) melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980). Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi [2] dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus di konsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung.

[sunting] Cara penanaman

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabe cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April). Untuk memperoleh harga cabe yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabe yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabe (300-500 gr biji).

[sunting] Permasalahan produksi

Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya serangan lalat buah pada tanaman cabai. [3] menerangkan bahwa hama ini sering menyebabkan gagal panen. berdasarkan laporan yang ada kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia dapat mencapai 35% (Deptan 2006). Cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat. Penyebabnya adalah hama lalat buah terutama Bactrocera carambolae. Karena gejala awalnya yang tak tampak jelas, sementara hama ini sebarannya masih terbatas di kepulauan Indonesia, lalat buah menjadi hama karantina yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan mauapun pada produksi cabai.

[sunting] Upaya penanggulangan

Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak praktis untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan insektisida selain mencemari lingkungan juga sangat berbahaya bagi konsumen buah. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai. Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan 80% petani sayuran menggunakan pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Akan tetapi penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan residu yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Duriat 1996). Disamping harga insektisida sintetik yang mahal, dampak dari adanya residu insektisida sintetik dalam bidang ekonomi adalah penolakan ekspor oleh banyak negara tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu fungisida dan pestisida lain (Caswell & Modjusca 1996). Di antara insektisida yang banyak digunakan dalam pengendalian serangan lalat buah pada cabai adalah Diazinon, Dursban, Supracide, Tamaron dengan konsentrasi 3-5%, dan Agrothion (Pracaya 1991).

Jahe

Jahe
Koeh-146.jpg
Status konservasi
Aman
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Monocots
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo: Zingiberales
Famili: Zingiberaceae
Genus: Zingiber
Spesies: Z. officinale
Nama binomial
Zingiber officinale
Roscoe[1]
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa Sansekerta, singaberi.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Sejarah

Jahe diperkirakan berasal dari India. Namun ada pula yang mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Cina Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah. Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi komoditas yang populer di Eropa.
Karena jahe hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis, penanamannya hanya bsia dilakukan di daerah katulistiwa seperi Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika. Saat ini Equador dan Brasil menjadi pemasok jahe terbesar di dunia.

[sunting] Ciri morfologis

Tanaman Jahe
Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus.
Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua.

[sunting] Pengolahan dan pemasaran

Rimpang jahe, terutama yang dipanen pada umur yang masih muda tidak bertahan lama disimpan di gudang. Untuk itu diperlukan pengolahan secepatnya agar tetap layak dikonsumsi.
Terdapat beberapa hasil pengolahan jahe yang terdapat di pasaran, yaitu:
  • Jahe segar
  • Jahe kering
  • Awetan jahe
  • Jahe bubuk
  • Minyak jahe
  • Oleoresin jahe

[sunting] Jahe kering

Merupakan potongan jahe yang kemudian dikeringkan. Jenis ini sangat populer di pasar tradisional.

[sunting] Awetan jahe

Merupakan hasil pengolahan tradisional dari jahe segar, terutama jahe muda. Yang paling sering ditemui di pasaran adalah acar, asinan, sirup, dan kristal jahe. Jenis ini disukai konsumen dari daerah Asia dan Australia.

[sunting] Bubuk jahe

Merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe menggunakan teknologi industri. Bubuk jahe diperlukan untuk keperluan farmasi, minuman, alkohol dan jamu. Biasanya menggunakan bahan baku jahe kering.

[sunting] Oleoresin jahe

Adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe. Bentuknya berupa cairan cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga 35%.

[sunting] Habitat

Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter.
Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembab dengan PH 5,5 hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang digunakan untuk penanaman jahe tidak boleh tergenang.

[sunting] Varietas

Terdapat tiga jenis jahe yang populer di pasaran, yaitu:

[sunting] Jahe gajah/jahe badak

Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning hingga putih.

[sunting] Jahe kuning

Merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan, terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning.

[sunting] Jahe merah

Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak asiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan warna merah. Dengan serat lebih besar dibanding jahe biasa.

[sunting] Produk jahe

Di masyarakat barat, ginger ale merupakan produk yang digemari. Sementara Jepang dan Tiongkok sangat menyukai asinan jahe. Sirup jahe disenangi masyarakat Tiongkok, Eropa dan Jepang.
Di Indonesia, sekoteng, bandrek, dan wedang jahe merupakan minuman yang digemari karena mampu memberikan rasa hangat di malam hari, terutama di daerah pegunungan.


Sabtu, 27 Agustus 2011

POSYANTEKDES DAN WARTEK

POSYANTEKDES DAN WARTEK

APA ITU ?

Posyantekdes merupakan wadah bagi daerah untuk memanfaatkan teknologi yang tepat guna. Sedangkan Warung Teknologi adalah lembaga pelayanan yang berfungsi memberikan pelayanan teknis, informasi dan orientasi berbagai  jenis spesifikasi TTG yang mendukung dan dibutuhkan oleh masyarakat.

Teknologi yang dipakai tidak terbatas pada pertanian saja, tetapi teknologi dari semua bidang. Namun, kenyataannya, masih banyak provinsi tidak memfasilitasi daerahnya untuk memanfaatkan Posyantekdes. Posyantekdes dianggap program pemerintah pusat sehingga pusatlah yang melaksanakannya. Sedangkan Wartek Lebak Gede, belum berjalan secara optimal dalam melaksanakan fungsi  Wartek. Namun dengan segala keterbatasan mereka tetap jalan. Meskipun jalan di tempat.


Sebelum Pos Pelayanan Teknologi Desa (Posyantekdes) menjalankan  fungsinya sesuai InMendagri No. 24 tahun 1998 tentang Posyantekdes, Wadah ini milik Departemen Pertanian dengan nama Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Saat itu, hampir 1000 BPP yang dibina Departemen Pertanian tersebar di wilayah Indonesia.

Karena BPP ini kemudian dihibahkan ke Pemda TK II yang pada saat itu belum terjadi otonomi daerah, maka keluarlah SK Menteri Dalam Negeri dan SK Menteri Pertanian bahwa BPP harus difungsikan sebagai Pusat Pelayanan Teknologi.

"Pada saat'''itu, pusat informasinya masih terbatas di bidang pertanian saja,"jelas Kasubdit Pemasyarakatan dan Kerjasama Teknologi Desa, Direktorat Sumber Daya AIam/Teknologi Desa (SDA/TTG) Ditien PMD, Ir. Yuliaty, MM saat ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.

Menurut Yuli, setelah berubah menjadi BPP , keluarlah Keputusan dari Menteri Dalam Negeri agar BBP dikembangkan tidak hanya sebagai teknologi pertanian saja, namun semua teknologi.

"Setelah itu keluarlah InMendagri No. 24 tahun 1998 tentang Posyantekdes yang intinya berisi bahwa semua teknologi yang ada di desa menjadi satu wadah yang diberi nama Posyantekdes/'papar ibu satu anak ini.

Sayangnya, lanjut Yuli, Posyandektes tidak berjalan sesuai harapan. Namun sebagai jajaran Departemen Dalam Negeri melalui Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) memiliki kewajiban untuk memfasilitasi agar Posyantekdes berjalan sebagaimana mestinya.

Nasib serupa juga dialami saudara kembamya, Wartek. Menurut Ketua Wartek Lebak Gede, Pulomerak, Toto Sunanto EM., tidak berfungsinya sendi-sendi kepengurusan. Padahal Wartek Lebak Gede yang didirikan  berdasarkan Surat Keputusan Camat Pulomerak No. 523.12/1 2/Ekbang/2008, dengan tujuan untuk mempercepat proses alih teknologi masyarakat. "Ibaratnya seperti bus.  Yang ada hanya  sopirnya saja tanpa ada awak pendamping," kata Toto. Banyak alat-alat TTG yang dulu pernah ikut dalam lomba TTG, terongok dilaci mejanya. "Kami memerlukan modal agar kami dapat membangun image dan trust untuk meyakinkan para investor. Padahal banyak yang tertarik dengan produk dari Wartek. Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa," tegasnya.

Sementara itu jika Cilegon sudah terlihat wujudnya dengan adanya Posyantekdes dan Wartek. Tidak begitu halnya deogan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana, di Pemerintah Kota Bogor. Menurut Kasubdit Pengembangan TTK, Omadi, mereka belum punya namanya Posyantekdes dan Wartek. "BPM-KB baru enam bulan terbentuk. Dari Pemkot Bogor kurang ada perhatian. Kita baru saja kali pertama mengadakan pelatihan TTG," kata Omadi disela-sela Pelatihan TTG di Kontor Kelurahan Mulya Harja.



 Pintu Gerbang

Menurut Yuli, secara umum Posyantekdes bisa dianggap sebagai pintu gerbang semua teknologi tepat guna yang ada di seluruh departemen. Bila tidak ada Posyantekdes, masyarakat tidak akan mengetahui teknologi tepat guna/Kalau kita tidak sosialisasikan keberadaan Posyantekdes, masyarakat tidak akan tahun teknologi dan merekapun tidak paham memanfaatkannya. Padahal, kalau mereka paham dan tahu, banyak keuntungan yang mereka peroleh," paparnya.

Selama ini, lanjut Yuli, pengenalan Posyantekdes masih setengah-setengah. Artinya. penguotan manajemen pengurusan belum ada. Untuk itulah, mereka diberi pelatihan. "Sayangnya, Sosialisasi kebupaten/kota kepada masyarakat belum ada. Implementasi tergantung ada anggaran  baru ada kegiatan,"katanya yang berpendapat meski Posyantekdes merupakan salah satu kegiatan dari Direktorat SDA/TTG, nyatanya belum menjadi perhatian yang serius dari provinsi.

Daerah, kata Yuli seialu beranggapan bahwa Posyantekdes merupakan program pemerintah pusat sehingga pemerintah pusatlah yang harus melaksanakan. "Saya selalu tekankan kepada daerah, inikan otonomi daerah ayo kita berbagi, saya bekali pengurus dengan pelatihan lalu apa timbal balik mereka untuk Posyantekdes. Daerah selalu berkata, anggaran untuk masyarakat sangat kecil. Kita hanya memfasilitasi tidak memberikan modal," papar dia.

Kata Yuli, bila semua daerah memahami keberadaan Posyantekdes, maka pada tahun 2010, Posyantekdes sebagai pusat data teknologi, pelatihan, show room yang menampilkan teknologi dalam bentuk kecil bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Meski beberapa daerah kurang merespon Posyantekdes, namun Cilegon sangat merespon Posyantekdes. Bahkan Cilegon dinilai berhasil memanfaatkan Posyantekdes.

Di Cilegon telah terjadi erjasama yang baik antar departemen yang ingin memberikan teknologi. Contoh, bila Departemen Perindustrian ingin memberikan alat, maka dia harus mengkoordinasikan terlebih dahulu dengan TTG yang kemudian diberikan ke Posyantekdes. "Bila ada warga yang ingin memanfaatkan teknologi tersebut, Posyantekdes tidak memberikan secara cuma-cuma. Nanti dibuat berita acara serah terima barang, "paparnya. Teknologi yang digunakan di Cilegon sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. Cilegon merupakan daerah industri, sehingga di sana lebih banyak memanfaatkan limbah industry.

Kata Yuli, kalau dirinya hendak memfasi I itasi daerah untuk memberikan pembekalan, ia selalu mengajak orang dari Cilegon untuk memberikan pemaparan kepada daerah lainnya mengenai keberhasilan Cilegon dalam menjalankan Posyantekdes. "Saya melakukan ini agar wawasan mereka terbuka tidak hanya masalah konsep kebijakan tetapi jugo aplikasinya," kata dia.



Pamsimas

Selain Posyantekdes masih ada program yang jugo dilaksanakan Direktorat Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna (SDA/TTG) Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat perdesaan melalui penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna. Diantaranya Program Pembangunan Sarana Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), Telkomdes, Pos Pelayanan Teknologi Desa (Posyantekdes) dan lain-lain.

Untuk Pamsimas merupakan kelanjutan dari Water Sanitation for Low Income Community atau biasa dikenal WS LIC . WS LIC sendiri sudah berjalan tiga kali dan dikenal dengan WS LIC1, WS LIC 2 dan WS LIC 3. Pada dasarnya apa yang dilakukan oleh WS LIC 1,2 dan 3 tidak ada yang berubah. Hanya pengelolaannya. Bila selama ini WS LIC 1 dan WS LIC 2 pengelolaanya ditangani oleh Departemen Kesehatan. Maka WS LIC 3 ditangani oleh beberapa departemen atau lintas sektoral

Lintas sektoral tersebut misalnya Departemen Pekerjaaan Umum (DPU) menangani kontruksi, Departemen Kesehatan menangani perubahan prilaku, sedangkan Departemen Dalam Negeri melalui PMD menangani pemilihan desa dan pemeliharaan. "Jadi kalau kita hendak membangun sesuatu, tidak hanya dibutuhkan fisik semata saja tetapi juga dibutuhkan perubahan prilaku,"jelas Staf Direktorat SDA/TTG, Fernando H Siagian S.STP, M.Si didampingi Kasi' Prasarana Air dan Sanitasi, Direktorat SDA/TTG, Rewang Budiyana,SH,MSi ketika ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.

Menurut Fernando, misalnya di desa hendak dibangun WC, perlu disikapi bagaimana prilaku warga desa ketika sudah memiliki WC/Kita harus merubah prilaku mereka. Kalau biasanya tidak memiliki jamban, maka setelah ada jamban harus diajarkan kepada mereka pentingnya menggunakan jamban,"paparnya. "Karena bila tidak ada kesadaran dari warga desa, maka fasilitas yang sudah kita bangun bersama akan hancur/'jelas Fernando.

la menambahkan, dulu ada dana untuk membangun Pamsimas seniloi Rp.300 juta. Fasilitas pembuatan air bersih dengan ini akhirnya hancur hanya karena warga desa enggan memperbaiki kerusakan yang nilainya Rp.1 juta. "Warga hanya menunggu bantuan dari pemerintah, padahal kalau kita sudah memberi bantuan, perawatan mereka lakukan sendiri,"imbuhnya.

Menurut Fernando, banyak cara dilakukan warga untuk perawatan fasilitas yang dibangun lewat Pamsimas. Untuk pompa tangan, misalnya dibutuhkan perawatan. Karena usia pompa tangan hanya bertahan selama 5 tahun. Sedangkan pompa tangan yang diberikan warga jumlahnya sekitar 35 pompa. "Kalau tidak dilakukan perawatan dengan baik, paling-paling usia pompa tangan tidak sampai 5 tahun,"jelas dia. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah, bagaimana operasional listrik, pemakaian bensin atau oli, bagaimana biaya untuk yang menjaga pompa-pompa tersebut. "Semuanya harus sudah disepakai sejak pembangunan Pamsimas dilakukan.” Disinggung apakah WS LIC 1 dan WS LIC 2 pola kerjanya berbeda dengan WS LIC 3 ( Pamsimas), Fernando mengungkapkan, pada dasarnya sama, hanya untuk Pamsimas kerjanya lebih dioptimalkan. Sebelum Pamsimas ini dilaksanakan, desa yang rencananya hendak memperoleh dana Rp 275 juta dikumpulkan. Kemudian mereka diberi penjelaskan secara detail maksud dan tujuan Pamsimas.



Cari Desa lain

"Kalau ada desa yang tidak sanggup dengan persyaratan yang ada maka akan dicari desa lain yang sanggup,"kata dia. Pada umumnya desa yang tidak sanggup dengan persyaratan yang telah ditentukan, selalu beranggapan kalau itu proyek sehingga dana sudah disediakan. "Anggapan tersebut salah.

Pamsimas adalah program di mana desa diberi dana 275 juta yang diperoleh dari  APBN/Loan 70, APBD 10 dan sisanya masyarakat dengan perhitungan 4 in cash dan 16 in kind. Artinya kalau 4 berarti desa harus mengeluarkan kocak Rp 11 juta untuk Pamsimas dan 16 berupa material." paparnya.

Menurut Fernando, kalau warga desa yang paham pentingnya air bersih, maka warga desa akan berupaya mencari dana untuk Pamsimas. Misalnya dengan cara menabung seperti yang dilakukan oleh warga Desa Genilangit, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Warga desa di sana sangat antusias. Tak heran ketika diminta menyumbang, tanpa dimintai dua kali warga langsung menyumbang.

Keberadaan Pamsimas, lanjutnya sangatlah menguntungkan, setidak-tidaknya warga tidak perlu jauh- jauh mencari air bersih, "air diperoleh tinggal diambil di depan rumah yang memang sudah dibuatkan pipanya/kata dia. Agar PAMSIMAS tidak sia-sia maka tidak boleh ada kegiatan sejenis selama 2 tahun terakhir, " Agar tidak sia-sia, tidak boleh ada rencana masuk PDAM/'kata dia. PAMSIMAS berlangsung dari tahun 2007 hingga 2012.(Liefy). sumber : Jurnal Terpadu Depdagri.
Sumber :Jurnal Terpadu Depdagri

Jumat, 26 Agustus 2011

BAWANG PUTIH

Bawang putih
Bawang putih
Bawang putih
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Asparagales
Famili: Alliaceae
Upafamili: Allioideae
Bangsa: Allieae
Genus: Allium
Spesies: A. sativum
Nama binomial
Allium sativum
L.
Bawang putih adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia.
Bawang mentah penuh dengan senyawa-senyawa sulfur, termasuk zat kimia yang disebut alliin yang membuat bawang putih mentah terasa getir atau angur.

[sunting] Manfaat

Bawang putih digunakan sebagai bumbu yang digunakan hampir di setiap makanan dan masakan Indonesia. Sebelum dipakai sebagai bumbu, bawang putih dihancurkan dengan ditekan dengan sisi pisau (dikeprek) sebelum dirajang halus dan ditumis di penggorengan dengan sedikit minyak goreng. Bawang putih bisa juga dihaluskan dengan berbagai jenis bahan bumbu yang lain.Dan juga dapat digunakan sebagai obat penyakit kutil,caranya : keprek bawang putih ( jangan sampai halus ) lalu tempelkan pada kutil dan ikat yang kuat dengan kain atau plester tunggu sampai 30 menit,jangan terlalu banyak bergerak,maka kulit akan panas dan kutil akan menghitam.Besoknya anda terbebas dari kutil.
Bawang putih mempunyai khasiat sebagai antibiotik alami di dalam tubuh manusia.

Padi

?Padi
Padi dari Koehler's Book of Medicinal Plants
Padi dari Koehler's Book of Medicinal Plants
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
(tidak termasuk) Monocots
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Oryza
Spesies: O. sativa
Nama binomial
Oryza sativa
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. [1]
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras.

Daftar isi

[sunting] Pertelaan

[sunting] Ciri-ciri umum

Padi tengah diambil dari persemaian untuk ditanam di sawah.
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae).
Terna semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang.

[sunting] Penyebaran dan adaptasi

Asal-usul padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza glaberrima ditanam di daerah Afrika barat tropika.
Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar.

[sunting] Reproduksi

Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak.
Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama.
Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endospermia. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi mengadung pati di bagian endospermia. Bagi tanaman muda, pati berfungsi sebagai cadangan makanan. Bagi manusia, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.

[sunting] Genetika dan pemuliaan

Satu set genom padi terdiri dari 12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual).
Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs, bp)[2]. Sebagai tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti juga genom manusia. Hasil sekuensing genom padi dapat dilihat di situs NCBI.
Perbaikan genetik padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal berbagai macam ras lokal, seperti 'Rajalele' dari Klaten atau 'Pandanwangi' dari Cianjur di Indonesia atau 'Basmati Rice' dari India utara. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi.
Pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina sebagai bagian dari gerakan modernisasi pertanian dunia yang dijuluki sebagai Revolusi Hijau. Sejak saat itu muncullah berbagai kultivar padi dengan daya hasil tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia. Dua kultivar padi modern pertama adalah 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi 'PB5' dan 'PB8'). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an. Ribuan persilangan kemudian dirakit untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali pulih sejak tahun 2007.
Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit "Padi emas" (Golden Rice) yang dapat menghasilkan provitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera[3]. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang.
Sejak tahun 1970-an telah diusahakan pengembangan padi hibrida, yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.
Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga dilakukan, misalnya dengan perakitan kultivar mengandung karoten (provitamin A).

[sunting] Keanekaragaman

[sunting] Keanekaragaman genetik

Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza sativa yang berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat.
Pada awal mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya memiliki "ekor" atau "bulu" (Ing. awn), bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak ber-"bulu" atau hanya pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar 'IR8', yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica (kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa) dengan indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa.
Kajian dengan bantuan teknik biologi molekular sekarang menunjukkan bahwa selain dua subspesies O. sativa yang utama, indica dan japonica, terdapat pula subspesies minor tetapi bersifat adaptif tempatan, seperti aus (padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasang-surut/rawa dari Bangladesh), ashina (padi pasang-surut dari India), dan aromatic (padi wangi dari Asia Selatan dan Iran, termasuk padi basmati yang terkenal). Pengelompokan ini dilakukan menggunakan penanda RFLP dibantu dengan isozim.[4] Kajian menggunakan penanda genetik SSR terhadap genom inti sel dan dua lokus pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica dan japonica adalah mantap, tetapi japonica ternyata terbagi menjadi tiga kelompok khas: temperate japonica ("japonica daerah sejuk" dari Cina, Korea, dan Jepang), tropical japonica ("japonica daerah tropika" dari Nusantara), dan aromatic. Subspesies aus merupakan kelompok yang terpisah.[5]
Berdasarkan bukti-bukti evolusi molekular diperkirakan kelompok besar indica dan japonica terpisah sejak ~440.000 tahun yang lalu dari suatu populasi spesies moyang O. rufipogon.[5] Domestikasi padi terjadi di titik tempat yang berbeda terhadap dua kelompok yang sudah terpisah ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi mulai dibudidayakan (didomestikasi) 10.000 hingga 5.000 tahun sebelum masehi.[6]

[sunting] Keanekaragaman budidaya

[sunting] Padi gogo

Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.

[sunting] Padi rawa

Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.

[sunting] Keanekaragaman tipe beras/nasi

[sunting] Padi pera

Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.

[sunting] Ketan

Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.

[sunting] Padi wangi

Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan 'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.
Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis tadi.

[sunting] Aspek budidaya

Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi.
  • Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah Sungai Yangtse di Tiongkok.
  • Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah.
  • Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan.
  • Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk masing-masing sistem. Kelompok kultivar padi yang cocok untuk lahan kering dikenal dengan nama padi gogo.
Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan atau penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen. Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam rangkaian bercocok tanam padi adalah pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan penyimpanan biji.

[sunting] Hama dan penyakit

Hama-hama penting
Penyakit-penyakit penting

[sunting] Pengolahan gabah menjadi nasi

Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami padi. Pemisahan dilakukan dengan memukulkan seikat padi sehingga gabah terlepas atau dengan bantuan mesin pemisah gabah.
Gabah yang terlepas lalu dikumpulkan dan dijemur. Pada zaman dulu, gabah tidak dipisahkan lebih dulu dari jerami, dan dijemur bersama dengan merangnya. Penjemuran biasanya memakan waktu tiga sampai tujuh hari, tergantung kecerahan penyinaran matahari. Penggunaan mesin pengering jarang dilakukan. Istilah "Gabah Kering Giling" (GKG) mengacu pada gabah yang telah dikeringkan dan siap untuk digiling. (Lihat pranala luar). Gabah merupakan bentuk penjualan produk padi untuk keperluan ekspor atau perdagangan partai besar.
Gabah yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras terpisah dari sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan yang dijual pada tingkat konsumen. Hasil sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah:
  • sekam (atau merang), yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
  • bekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan sebagai bahan makanan ternak, dan
  • dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil; untuk makanan ternak.
Beras dapat dikukus atau ditim agar menjadi nasi yang siap dimakan. Beras atau ketan yang ditim dengan air berlebih akan menjadi bubur. Pengukusan beras dapat juga dilakukan dengan pembungkus, misalnya dengan anyaman daun kelapa muda menjadi ketupat, dengan daun pisang menjadi lontong, atau dengan bumbung bambu yang disebut lemang (biasanya dengan santan). Beras juga dapat diolah menjadi minuman penyegar (beras kencur) atau obat balur untuk mengurangi rasa pegal (param).

[sunting] Produksi padi dan perdagangan dunia

Bagian ini memerlukan aktualisasi
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60 juta ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.
Produsen padi terbesar — 2005
(juta metrik ton)
 Republik Rakyat Cina 185
 India 129
 Indonesia 54
 Bangladesh 40
 Vietnam 36
 Thailand 27
 Myanmar 25
 Pakistan 18
 Filipina 15
 Brasil 13
 Jepang 11
Total Dunia 700
Sumber:
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)
[1]

[sunting] Aspek budaya dan bahasa

Padi merupakan bagian penting dalam budaya masyarakat Asia Tenggara dan Asia Timur. Masyarakat setempat mengenal filosofi ilmu padi. Sejumlah peribahasa juga melibatkan padi, misalnya

[sunting]